Pages

Selasa, 22 Februari 2011

Profesi Pengemis Patut Diapresiasi


Di bumi ini yang merupakan tempat kita menjalani kehidupan dengan penuh kebahagiaan, ketenangan dan ketentraman, banyak dipenuhi dengan tanda-tanda kebesaran Allah. Segala sesuatu sejauh mata memandang adalah tanda keagungan Allah, bahkan kita sendiri (manusia) adalah salah satu bukti kebesarannya.
Ahlu suffah atau hamba-hamba yang didekatkan, mengenaik kehidupan dunia ini berpendapat bahwa sesungguhnya kita (manusia) saat ini berada dalam dua hal yang saling bertentangan, lebih lengkap mengenai ulasannya di sini.

Pengemis adalah salah satu contoh dari dua hal yang bertentangan. Si kaya dan si miskin sering sekali kita dapatkan di tengah-tengah kehidupan kita, bahkan kita termasuk salah satunya darinya. Tidak akan disebut kaya jika tidak ada miskin, begitu juga sebaliknya. Namun sebenarnya apa yang membedakan antara si kaya dan si miskin? Apakah hanya status atau ada yang lainnya? Pasti anda dapat menjawab ini.
Kalau kita sering menelusuri jalan-jalan di kota ini dengan angkutan umum atau pribadi, seringkali kita temui pengemis bergentayangan di mana-mana. Saat saya bepergian ke UIN Ciputat dengan naik angkot, banyak saya temui pengemis di dalam angkot tersebut. Maksud saya adalah pengamen, karena sama saja, pengemis = pengamen. Yang membedakan pengemis tidak punya modal dan pengamen punya modal yaitu suara dan gitarnya. Yang unik saat saya menikmati perjalanan di dalam angkot ketika mulai memasuki jalan tol, seorang pengamen dengan merdunya mendendangkan lagu-lagu hit, terakhir ia membawakan lagu barat diiringi lentingan gitarnya. Wow! Tampaknya ia bukanlah pengamen ecek-ecek…

Pengemis di kota Jakarta ini semakin hari semakin banyak jumlahnya, terlebih lagi di bulan ramadhan dan mendekati hari lebaran. Walaupun sudah terdapat larangan atau perda mengenai pengemis, namun masih ada saja pengemis yang berkieliaran, semoga saja dapat diselesaikan dengan damai. Pengemis jika dilihat motifnya pun beragam. Ada yang mengatasnamakan yayasan, panti asuhan, pembangunan masjid atau yang berbentuk karaokean, dan terakhir ada yang memperlihatkan lemahnya taraf hidup mereka entah karena cacat atau lanjut usia. Kalau kita cermati lebih dalam, orang-orang yang mengatasnamanakan yayasan, panti asuhan atau pembangunan masjid rata-rata meminta sumbangan disertai dengan bukti resmi dari lembaga terkait. Masalahnya mereka berasal dari lokasi yang jauh dan tidak kita ketahui alias antah berantah, alamat yang mereka cantumkan hanya jalan, RT, nomer dan daerah. Walaupun terkesan agak fiktif atau dibuat-buat, saya sarankan berilah semampu kita walaupun hanya Rp 1.000 perak, mengapa? Saya ulas lebih detail di sini.
Tahun 2010 lalu, para pengamen mulai berevolusi, katakanlah dalam keseharian profesi mereka hanya menggunakan gitar. Namun saat ini tidak hanya gitar, semua peralatan musik band diikut sertakan. Hal ini terjadi entah karena mengikuti trend di luar negeri atau inovasi mereka.
Lantas apa yang bisa kita perbuat? Kebanyakan orang tidak mengindahkan dengan mengatakan “maaf” kepada pengemis, namun masih ada sebagian yang memberi seikhlasnya. Uniknya yang saya temui, pengemis atau pengamen akan berusaha kembali ke tempat kita atau menemui kita jika sebelumnya kita memberi ala kadarnya.

Bagi pengemis, profesi mereka saat ini bukanlah sebuah keputusan dalam hidup mereka, dan tidak pernah sedetikpun berharap untuk berprofesi seperti itu. Memang betul kehidupan diatur oleh sang pencipta, di mana tidak ada yang kaya jika tidak ada yang miskin. Tidak ada yang baik jika tidak ada yang buruk. Lantas apa yang mesti manusia perbuat?
Sang pencipta mempunyai rahasia di balik itu semua, semoga kita tidak terperdaya oleh prasangka yang terlahir dan tidak mengambil syaitan sebagai penguasa diri kita.

0 komentar:

Posting Komentar